Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingati kita agar tidak menyimpang dalam memahami dan mengamalkan Asma’ul Husna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ۖوََذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’râf : 180)
Penyimpangan dalam Asma’ul Husna artinya tidak melakukan yang seharusnya dilakukan dalam Asma’ul Husna. Seperti menamai Allah dengan nama yang tidak dinamai oleh Allah di dalam al-Qur’an atau dinamai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau menamai Allah dengan nama-nama yang tidak pantas bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau menta’wil nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makna yang tidak seharusnya, atau menghilangkan makna dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau menyamakan nama Allah dengan sifat makhluk-Nya. Maka penyimpangan dalam Asma’ul Husna ini disebabkan oleh manusia yang tidak mempelajari cara yang benar dalam mempelajari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika kita ingin lurus dalam memahami agama, maka kita harus tahu cara yang benar dalam memahami agama ini . Siapakah yang paling lurus dan paling benar dalam memahami agama setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?. Tentu jawabannya adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena mereka adalah orang yang diajarkan oleh Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara langsung. Mereka pun orang yang paling paham tentang al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka Allah memuji mereka dalam al-Qur’an. Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمَ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah:100)
Karena pemahaman agama mereka adalah pemahaman agama yang benar, maka ketika kita mempelajari nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah, pelajarilah nama-nama tersebut dan sifat-sifat tersebut sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan menetapkan nama yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, menafi’kan nama dan sifat yang dinafikan oleh Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan keagungan Allah tanpa dita’wil (dirubah maknanya), tanpa ditahrif (dipelencengkan namanya), tanpa dita’thil (dihilangkan maknanya), tanpa ditasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), dan tanpa bertanya tentang kaifiyat hakikat nama-nama dan sifat-sifat tersebut karena hanya Allah yang tahu tentang hal tersebut.
Bârakallahu fîkum jamî’an
Ustadz Haidar Andika Lc