PENGGABUNGAN DUA ASMA’UL HUSNA

Kita sering melihat di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti beberapa contoh berikut ini:

  1. Nama Allah al-‘Azìz dan al-Hakìm Digabungkan dalam sebuah tempat ‘Azìzul Hakìm.

Al ‘Azìz artinya Dzat Yang Maha Perkasa. Al-Hakìm artinya Dzat Yang Maha Memiliki Hikmah. Penggabungan dua nama tersebut mengandung arti bahwa keperkasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala disertai dengan hikmah-Nya dan hikmah Allah disertai dengan keperkasaan-Nya.

Berbeda dengan sifat makhluk (manusia), ketika manusia memiliki keperkasaan, belum tentu keperkasaannya itu disertai dengan hikmah sehingga dia banyak melakukan kezaliman dengan keperkasaannya itu. Begitupun orang yang bijaksana (orang yang memiliki hikmah) terkadang dia tidak memiliki keperkasaan sehingga dia tidak bisa melaksanakan hikmah tersebut.

  1. Nama Allah al-Ghaniyy dan al-Hamìd

Digabungkan menjadi al-Ghaniyyul Hamìd. Al-Ghaniyy artinya Dzat Yang Maha Kaya, tidak membutuhkan makhluk-Nya. Al-Hamìd artinya Dzat Yang Maha Terpuji. Penggabungan dua nama tersebut mengandung arti kekayaan Allah adalah kekayaan yang menunjukkan akan keterpujian Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian, keterpujian Allah menunjukkan akan kekayaan Allah dan ketidakbutuhan Allah kepada makhluk-Nya.

Berbeda dengan makhluk (manusia), terkadang dia kaya tetapi dia tidak terpuji karena kekikirannya. Begitu pula orang yang terpuji, terrkadang dia tidak memiliki kekayaan atau sesuatu yang diberikan. Maka ini semua menunjukkan kesempurnaan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila Allah menyebutkan dua nama sekaligus, ini menunjukkan kesempurnaan di atas kesempurnaan. Karena nama Allah menunjukkan akan kesempurnaan, maka setiap nama yang digabungkan menunjukkan kesempurnaan di atas kesempurnaan. Hal itu sangat bermanfaat untuk kita ketika kita membaca dan mentadaburi al-Qur’an.

Kita sering mendapati dua penggabungan itu, maknanya penggabungan itu saling melengkapi dan itu menunjukkan akan dua kesempurnaan Allah yang bersatu dan itulah yang harus kita rasakan, agar ketika kita membaca dan mentadaburi al-Qur’an maupun membaca hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kita merasakan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala dua nama Allah tersebut bergabung di dalam satu tempat.

Bàrakallahu fìkum jamì’an

Haidar Andika

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.