PENJELASAN NAMA ALLAH “ALLAH” BAGIAN KETIGA

Makna nama “Allah” (Dzat Yang Maha Disembah)

Nama Allah diambil dari kata Al Illah artinya Al-Ma’luh atau yang disembah. Jadi Allah artinya Dzat yang disembah. Itulah makna dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah menjelaskan hal tersebut di berbagai ayat dalam al-quran, diantaranya di dalam  ayat kursi, Allah berfirman:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ

“Allah, tidak ada dzat yang disembah kecuali Dia.” (QS. Al-Baqarah:255)

Jadi makna dari Allah artinya Laa Ilaaha Illallah. Dialah Dzat yang berhak disembah. Dan itulah keyakinan yang harus dipegang oleh seorang muslim, yaitu meyakini bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain Allah tidak berhak untuk disembah, selain Allah adalah makhluk. Itulah yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan Allah artinya “Dzul uluhiyah wal ubudiyah, al-khalqihi ajma’în.”

Allah artinya Dzat yang memiliki uluhiyah, dan memiliki ubudiyah atas seluruh makhluk-maklukNya. Dalam pengertian ini terbagi menjadi 2 yaitu:

  1. Sifat uluhiyah yang disandarkan kepada Allah, yaitu sifat disembah, bahwa Allah lah yang hanya memiliki sifat uluhiyah.
  2. Sifat ubudiyah yang disandarkan kepada hamba-Nya, yaitu seorang hamba tugasnya adalah menyembah Allah semata. Sebagaimana Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku” (QS: Adz-Dzariyat:56)

Ibnu Abbas pun menafsirkan liya’budun artinya liwahidun, yang berarti untuk mengesakan Aku, untuk beribadah hanya kepada-Ku. Jadi tujuan hidup manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk menegakkan tauhid yaitu  menyembah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menunjukkan konsekuensi dari nama Allah “Allah”, karena seluruh makna dari Asma’ul Husna menunjukkan akan hak disembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa Allah lah satu-satunya yang berhak untuk disembah oleh seluruh makhluk-makhluk-Nya. Maka inilah makna dari nama Allah “Allah” artinya Dzat yang Maha Disembah, yang satu-satunya disembah, tak ada yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bârakallahu fîkum jamî’an

Ustadz Haidar Andika, Lc

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.