SAH (Silsilah Asmaul Husna) Sikap terhadap asmaulhusna

SAH (Silsilah Asmaul Husna)

Sikap terhadap asmaulhusna

Sikap terhadap Asmaul Husna

Assalamualaikum, ustadz, bagaimana sikap kita yang benar terhadap asmaa-ul husna dalam kehidupan ini? Apa dengan di baca sekian kali atau di baca untuk tujuan tertentu seperti yang dipraktekkan oleh sebagian orang? Terima kasih untuk penjelasan ustadz.
Wa’alaikumussalam
Jawaban:
Memang Allah #l menyebutkan asmaa-ul husna dalam firman-Nya,
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-A’rof: 180).

dan firman Allah,
اللهُ لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ لَهُ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى
“Dialah Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai nama-nama yang husna.”(QS. 20:8)
Allah #l juga berfirman,
لَهُ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرِْض وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dia mempunyai nama-nama yang paling baik. Segala yang ada di langit dan di bumi memberi pujian kepada-Nya. Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Hasyr: 24)
Yang dimaksud dengan asmaa-ul husna disini adalah Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
Demikian juga Rasulullah #n bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafal dan mengamalkannya maka masuk syurga.” (Riwayat Al-Bukhari).
Lalu bagaimana sikap kita terhadap asmaa-ul husna ini?
Seorang muslim hendaknya memperhatikan sikap yang benar terhadap asmaa-ul husna, karena

itu adalah nama-nama Allah yang agung yang mencerminkan sikap kemaha sempurnaan Allah #l. Sikap yang benar ini dicerminkan dengan hal-hal berikut ini:
1. Beriman dengan nama-nama tersebut sebagai nama Allah yang agung dan mengimani kandungan sifat dari nama-nama tersebut. Misalnya nama Allah yang Agung “ar-Rahmaan”, kita wajib mengimani “ar-Rahmaan” sebagai nama Allah dan mengimani sifat rahmat yang maha luas yang dikandung dari nama tersebut. Hal ini karena nama Allah itu berisi nama dan sifat sekaligus.
2. Tidak menetapkan satu nama bagi Allah kecuali yang sudah ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur`an dan Rasulullah n dalam hadits-hadits shahihnya. Sebab nama Allah tidak diketahui kecuali melalui wahyu.
3. Tidak membatasi nama-nama Allah dengan bilangan tertentu. Rasululllah dalam hadits diatas hanya menyampaikan bahwa siapa yang menghafal dan mengamalkan kandungan makna 99 nama Allah maka akan masuk syurga. Hal ini karena semua yang hafal, mengerti dan mengamalkan kandungan maknanya akan menjadi hamba Allah yang mengagungkan Allah, mencintai dan mengetahui Allah selalu bersamanya dan selalu merasa diawasi segala gerak gerik dan ucapannya.
4. Menggunakan asmaa-ul husna dalam berdoa sebagaimana diperintahkan Allah dalam firmanNya diatas. Lihatlah perintah memohon kepada Allah dengan menyebut asmaa-ul husna itu dalam doa kita. Baik doa ibadah atau doa permohonan seperti dijelaskan para ulama tentang jenis-jenis doa. Doa ibadah adalah beribadah dengan tuntutan dan kandungan makna nama-nama (asmaa-ul Husna) itu, sehingga kita bertaubat karena Allah itu memiliki nama at-Tawaab (yang maha penerima taubat). Ketika kita mengetahui Allah memiliki nama “as-Samii’ (Maha Mendengar) maka kita tidak ingin Allah mendengar dari kita sesuatu yang membuatNya murka dan berbicara yang benar dan baik saja. Ini adalah ibadah juga.
Sedangkan doa permohonan (doa masalah) adalah kita mengajukan permohonan kepada Allah semua yang dibutuhkan dengan menyebut asmaa-ul husna yang sesuai dengan permohonan kita, seperti doa nabi Musa alaihissalam:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah Kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara Para Penyayang”. (lihat Qs al-A’rof: 151).
Didalam doa nabi Musa ini, beliau memohon kepada Allah memasukkannya dan saudaranya kedalam rahmat Allah dengan menyebut nama Allah yang sesuai dengan permintaannya. Demikian juga nabi Sulaiman ketika berdoa:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”.
Beliau menggunakan nama al-Wahaab yang artinya Maha Pemberi untuk doa beliau diberikan kerajaan yang tidak dimiliki seorangpun setelah beliau.
Sehingga semua doa mas’alah (permohonan) mengandung doa ibadah dan doa ibadah menuntut untuk melakukan doa permohonan.
Kemudian Allah dalam surat al-A’rof ayat 180 diatas menjelaskan larangan melakukan penyimpangan dalam asma-ul Husna. Nah diantara penyimpangannya tersebut adalah:
1. Mengingkari sebagian nama Allah atau mengingkari penunjukan nama-nama tersebut terhadap sifat Allah dan konsekwensi logisnya. Tindakan ini dinamakan menyimpang, karena pada asalnya wajib hukumnya mengimani semua nama-nama Allah dan penunjukkan nama-nama tersebut terhadap sifat dan konsekwensi logisnya, sesuai dengan keagungan Allah. Oleh karena itu, mengingkari nama-nama tersebut sedikit saja merupakan tindak penyelewengan atau penyimpangan.
2. Menjadikan nama-nama tersebut menunjuk kepada sifat yang menyerupai sifat para makhluk. Hal itu, karena menyerupakan sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya adalah tindakan yang tidak benar. Tidak ada nas-nas yang menunjukkan sifat Allah serupa dengan sifat makhluk-Nya. Menjadikan nama-nama Allah menunjuk kepada sifat yang menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya termasuk tindakan menyeleweng atau menyimpang.
3. Menamai Allah dengan nama yang tidak Dia kehendaki menjadi nama-Nya, seperti yang dilakukan oleh orang Nashrani dengan nama ‘Tuhan Bapak’. Tindakan semacam itu tidak dibenarkan karena nama-nama Allah sifatnya tauqifiyah. Menamai Allah dengan nama yang tidak Dia kehendaki menjadi nama-Nya termasuk tindak penyelewengan atau penyimpangan. Nama-nama yang dibuat-buat oleh mereka itu batil dan Allah berlepas diri dari nama-nama buatan mereka itu.
4. Mengambil nama-nama yang merupakan turunan dari nama-nama Allah untuk menamai berhala, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang musyrik. Mereka menamai salah satu berhala dengan nama Al Uzza ( الْعُزَّ ) yang berasal dari nama Allah Al Aziz (الْعَزِيْزُ ), dan Al Lata ( اللاَّتَ ) dari nama Allah Al Ilah (الإِلَهُ), menurut salah satu pendapat ulama.

Kita tahu bahwa ibadah, penyembahan dan pujian makhluk yang ada di langit dan di bumi merupakan hak khusus Allah; begitu pula dalam hal nama-nama-Nya yang husna. Sehingga memberi nama makhluk Allah dengan nama yang menjadi kekhususan Allah merupakan tindakan penyelewengan atau penyimpangan.
.
5. Demikian juga menggunakan asmaa-ul Husna untuk mencari kesaktian dan kedigjayaan adalah perbuatan menyimpang dalam menggunakan asmaa-ul Husna dan pengertian kandungannya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.