Diantara bentuk keterbatasan manusia adalah mereka tidak dapat mengetahui akibat perbuatan mereka di waktu yang akan datang. Perkara yang terjadi di waktu yang akan datang merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Subhanahu wata’ala Al Aliim Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Termasuk di dalamnya adalah bencana, musibah, kesempitan, ketakutan, kesedihan dsb merupakan suatu takdir buruk yang penyebabnya adalah manusia itu sendiri, namun untuk memastikan penyebanya adalah dosa ini dan itu secara spesifik maka manusia tentu tidak dapat mengetahuinya.
Hanya Allah Subhanahu wata’ala yang mengetahui dosa apa gerangan yang dilakukan oleh manusia yang menyebabkan bencana-bencana yang sangat dahsyat ini dapat terjadi, dan manusia satu pun tidak ada yang dapt memastikan sebab terjadinya suatu musibah dengan perbuatan tertentu.
Secara umum musibah disebabkan oleh ulah perbuatan tangan manusia. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (٣٠)
dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Subhanahu wata’ala memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). QS. Asy-Syura: 30
Ayat ini menunjukkan bahwa musibah yang menimpa manusia disebabkan oleh perbuatan tangan manusia itu sendiri dari mendzalimi, mengambil hak orang lain, berdoa kepada selain Allah Subhanahu wata’ala dan dosa-dosa yang lainnya. Akan tetapi Allah Subhanahu wata’ala adalah Al-Afuw, yaitu Allah Subhanahu wata’ala Maha Memaafkan. Tidak setiap dosa yang dilakukan oleh manusia Allah Subhanahu wata’ala hukum, akan tetapi banyak dari dosa manusia yang dimaafkan dan diampuni oleh Allah Subhanahu wata’ala Al-Afuw. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا (٤٥)
dan kalau Sekiranya Allah Subhanahu wata’ala menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun (manusia) akan tetapi Allah Subhanahu wata’ala menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, Maka Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. QS. Fathir: 45
Tidak bisa dibayangkan apabila hukuman itu langsung akan ditimpakan seketika manusia berbuat dosa, akan tetapi Allah Subhanahu wata’ala mengetahui apa yang akan terjadi apabila hukuman itu ditimpakan langsung, yaitu tidak akan ada manusia yang tersisa di atas permukaan bumi ini.
Allah Subhanahu wata’ala ingin manusia mengenalNya secara keseluruhan nama-nama dan sifatNya, dan diatara sifatNya yang agung adalah memaafkan dan mengampuni. Sebagaimana sifat ini ditunjukkan oleh namaNya, Al-Ghofur, Al-Ghoffar, Al-Afuw, At-Tawwab dan Al-Halim dan yang semisal dengan Nama-nama ini. Maka ketika Allah Subhanahu wata’ala tidak menghukum manusia atas perbuatan dosanya bukan berarti Allah Subhanahu wata’ala tidak mampu, akan tetapi Allah Subhanahu wata’ala memaafkan. Apabila manusia tidak menyadari dan lalai akan hal ini, maka justru manusia akan merasa tidak ada yang mengawasinya dan ketika ia berbuat dzalim tidak ada yang perlu ia takutkan. Maka sangat penting seorang muslim yang beriman mengingat Nama Allah Subhanahu wata’ala Al-Ghofur, Al-Ghoffar, Al-Afuw, At-Tawwab dan Al-Halim dan yang semisalnya agar manusia senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas limpahan ampunan Allah Subhanahu wata’ala.
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤١)قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ (٤٢)
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah Subhanahu wata’ala merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah Subhanahu wata’ala).” QS. Ar-Rum: 41-42
Pada masa yang terdahulu, ada umat-umat yang Allah Subhanahu wata’ala binasakan, seperti kaum Aad, kaum Tsamud, Fir’aun dan bala tentaranya. Mereka adalah orang-orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala, berbuat kekufuran, berbuat dzalim, merampas harta manusia dan melaukan dosa-dosa besar lainnya. Allah Subhanahu wata’ala menghukum mereka yaitu dibinasakan dan diperlihatkan tanda-tandanya berupa peninggalan-peninggalan agar manusia mendapatkan pelajaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang fir’aun:
فَٱلْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةًۭ وَإِنَّ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنْ ءَايَـٰتِنَا لَغَـٰفِلُونَ
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. QS. Yunus: 92
Dan Allah Subhanahu wata’ala mengisahkan tentang kaum Aad
تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا
kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah. QS. Al-A’rof: 74
Maka umat-umat dibinasakan dan ditimpakan adzab atas apa yang mereka perbuat berjumlah sangat sedikit. Masih jauh lebih banyak jumlah umat yang Allah Subhanahu wata’ala biarkan mereka untuk mendapatkan pelajaran dari umat-umat yang dibinasakan tersebut. Menunjukkan bahwsanya Allah Subhanahu wata’ala adalah Al-Ghofur, Al-Ghoffar, Al-Afuw, At-Tawwab dan Al-Halim. Allah Subhanahu wata’ala ingin agar manusia mengambil pelajaran dari umat-umat manusia yang dibinasakan, dan sangat mudah bagi Allah Subhanahu wata’ala untuk melakukan hal tersebut.
Cukuplah umat-umat dibinasakan dan ditimpakan adzab sebagai contoh akan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala dan manusia yang lainnya tidak perlu merasakan hal yang sama, yaitu dengan cara senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala, bertaubat, menjalankan seluruh syariatNya, melakukan perbuatan yang Dia ridhai dan menjauhi perbuatan yang mendatangkan adzab dan murkaNya.
Demikian pula halnya dengan wabah yang menimpa dunia saat ini yaitu Covid-19. Tentunya penyebab datangnya wabah ini adalah dosa-dosa manusia, dan dosa-dosa manusia amatlah banyak. Dan dosa yang paling besar adalah dosa kekufuran dan kesyirikan. Ditambah lagi dengan dosa besar seperti riba, korupsi, durhaka kepada orang tua, tidak menjalankan syariat dan hukum Allah, tidak mau mempelajari ilmu agama, lalai dari berdzikir kepada Allah, tidak mau mempelajari nama-nama dan sifatNya dan masih banyak dosa lainnya.
Akan tetapi harapan seorang muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala Al-Ghofur, Al-Ghoffar, Al-Afuw, At-Tawwab dan Al-Halim adalah Allah Al-Ghofur, Al-Ghoffar senantiasa mengampuni dosa-dosanya, Allah Al-Afuw memaafkan kesalahan-kesalahannya, Allah At-Tawwab menerima taubat dari dirinya dan Allah Al-Halim menyayangi dirinya dengan tidak dihukum langsung atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Diambil dari “Sikap seorang muslim terhadap wabah Virus Corona-Ust Yazid bin Abdul Qodir Jawas”
Cianjur, 4 April 2020
Oleh Ust. Muhammad, M.Pd.I